JAKARTA, iNewsAsahanRaya.id - Presiden FIFA Gianni Infantino dan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan dan tim bermain fun football sambil tertawa-tawa dicerca netizen. Mereka dianggap tidak peka, mati rasa terhadap tragedi kemanusiaan luar biasa di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10/2022) lalu.
Bagi Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih menilai, fun football tersebut itu menunjukkan tidak pekanya pihak yang terlibat terhadap tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Politisi PKS ini menyayangkan, padahal sudah ada rangkaian narasi yang awalnya dibangun dengan baik oleh istana bersama Gianni Infantino.
“Alih-alih bersimpati, tapi malah seolah fun terhadap musibah yang baru saja terjadi, inikan tidak masuk dalam logika publik,” kata Fikri kepada wartawan dikutip Jumat (20/10/2022).
Politisi PKS ini menyayangkan, padahal sudah ada rangkaian narasi yang awalnya dibangun dengan baik oleh istana bersama Gianni Infantino.
Tampil dalam jumpa pers resmi di istana negara bersama presiden Joko Widodo, Infantino secara simpatik menyampaikan rasa simpati dan duka mendalam atas jatuhnya korban jiwa di Kanjuruhan.
“Namun pernyataan tersebut menjadi klise dan sangat kontras, karena hanya berselang beberapa jam setelahnya, para petinggi PSSI bersama Presiden FIFA dan jajarannya bersuka cita dalam ajang fun football,” tukasnya.
Menurut Fikri, hal itu wajar dilihat publik sebagai ironi. Bagaimana bisa menyampaikan perasaan duka dengan bersenang-senang atau kegiatan yang ‘fun’. “Ya tidak masuk di logika public, dan saya rasa dimanapun seperti itu,” imbuh Fikri.
Fikri pun menyesalkan, kenapa panitia dan PSSI tidak menggelar kegiatan sosial yang lebih simpatik sesuai dengan pernyataan duka yang disampaikan.
“Jauh lebih simpatik, bila acara digelar dengan mengunjungi TKP stadion kanjuruhan, ziarah ke makam korban, atau membesuk para korban luka berat yang hingga detik ini masih dirawat di RS,” lanjutnya.
Terlebih, dia menambahkan, tragedi Kanjuruhan bisa dikategorikan sebagai salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah sepakbola dunia. Sebanyak total 134 orang meninggal dunia atas tragedi itu, 44 diantaranya anak-anak dan balita.
Satu orang meninggal dunia pada Jumat (21/10) setelah dirawat intensif di ICU RSUD Saiful Anwar dan 2 orang masih berada di ICU di RS yang sama dengan kondisi yang masih belum stabil.
“Saya melihatnya memang tidak pantas ‘merayakan’ tragedi ini dengan cara seperti itu, di tengah kuburan para korban yang belum kering, dan beberapa korban yang masih berjuang untuk hidupnya di RS,” tandas Fikri.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait