JERUSALEM, iNewsAsahanRaya.id - Rencana dan niat busuk Yahudi merampas dan menguasai komplek Masjid Al Aqsa di Palestina terungkap.
Yahudi punya niat buruk ingin mengubah sejarah Islam di tanah Palestina, selain alasan mencari harta karun Nabi Sulaiman.
Meningkatnya perambahan pemukim Yahudi ilegal ke halaman Masjid Al Aqsa adalah upaya untuk mengubah status quo sejarah dan agama di dalam situs suci.
Mufti Agung Yerusalem, Sheikh Mohammad Hussein berbicara kepada radio Voice of Palestine, Hussein mengatakan, masjid adalah situs suci Islam yang merupakan satu-satunya hak umat Islam.
"Pemukim ilegal Yahudi tidak memiliki hak untuk berdoa atau melakukan ritual di halaman masjid," katanya seperti dilansir kantor berita Palestina, WAFA Senin (26/9/2022).
Dia menuntut dunia Arab dan Muslim untuk campur tangan menghentikan invasi Israel ke masjid. Sementara itu, puluhan pemukim ilegal Yahudi menyerbu Masjid Al-Aqsa pekan lalu di bawah perlindungan ketat polisi Israel.
Para pemukim juga mengorganisir kunjungan provokatif ke halaman masjid, menurut Departemen Wakaf Yerusalem. Pada Sabtu malam, ratusan pemukim melakukan ritual Talmud di area Tembok Al-Buraq.
Kelompok ekstremis baru-baru ini menyerukan invasi besar-besaran ke Masjid Al-Aqsa pada hari Senin dan Selasa untuk merayakan Tahun Baru Ibrani. Biasanya, invasi harian terjadi di Masjid Al-Aqsa kecuali pada hari Jumat dan Sabtu.
Seperti diketahui, Masjid Al Aqsa .Satu tempat yang terus menjadi pusat konflik dan berusaha direbut Israel. Masjid suci itu berada di Temple Mount atau Haram al-Sharif yang menjadi situs suci bagi umat Yahudi dan Islam.
Selain Masjid Al Aqsa, ada pula The Dome of The Rock atau Kubah Batu yang berada di kompleks itu. Bagi Yahudi, Temple Mount merupakan tempat yang sangat penting dan dianggap sebagai kuil Yahudi pertama dan kedua. Mereka juga percaya bahwa Abraham (Nabi Ibrahim) melakukan ritual kurban di lokasi ini.
Karena dianggap sebagai tempat yang suci, maka para rabi di Israel setuju bahwa orang Yahudi wajib memelihara dan melindungi keberadaan Temple Mount.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta