Logo Network
Network

Peristiwa Malari 1974, Luhut Panjaitaan Diperintah Jenderal Kopassus Ini Cari Makan untuk Prajurit

Krina Sembiring
.
Sabtu, 17 September 2022 | 11:38 WIB
Peristiwa Malari 1974, Luhut Panjaitaan Diperintah Jenderal Kopassus Ini Cari Makan untuk Prajurit
Luhut Panjaitan menemui seseorang di Jakarta Pusat untuk mendapatkan bantuan makanan ketika peristiwa Malari 1974. Foto/Istimewa

JAKARTA, iNewsAsahanRaya.id - Peristiwa Malari pada 15 Januari 1974 tercatat dalam perjalan sejarah. Peristiwa tersebut dilematis karena memaksa TNI menjalankan tugas harus berhadapan dengan rakyat.

Peristiwa demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi pada 15 Januari 1974 dirasakan juga oleh pentolan Korps Baret Merah Letjen TNI (Purn) Soegito. Ketika peristiwa Malari, Letjen Soegito Wadan Grup 1 RPKAD yang kini sudah berganti nama menjadi Kopassus diberi tugas ikut mengamankan Jakarta yang dilanda kerusuhan. 

Dikisahkan dalam buku "Letjen Purn Soegito Bakti Seorang Prajurit" dikutip pada Sabtu (17/9/2022), Soegito menjalankan rutinitasnya sebagai Wadan Grup 1 RPKAD sambil menunggu panggilan dari Seskoad. Siang itu, 15 Januari 1974, tumben Soegito tidak langsung pulang ke rumah setelah apel siang. 

Ia masih harus menyelesaikan satu pekerjaan lagi sebelum berencana angkat kaki dari kantor, ketika tiba-tiba Danjen Kopassandha Brigjen Witarmin memanggilnya. "Mayor Gito, siapkan pasukan satu kompi. Segera atasi kekacauan di Senen. Pertama, Mayor Gito lapor ke Mayjen Mantik di Merdeka Barat," perintah Pak Witarmin cepat dan tanpa basa-basi. 

Di dalam hatinya bertanya tanya, ada apa ini? Sang komandan tidak memberikan keterangan lebih lanjut tentang situasi di lapangan yang bisa dijadikannya acuan dalam bertindak. Apa yang harus dilakukan? Memang sejak beberapa hari sebelumnya, Soegito sudah mendengar desas-desus rencana mahasiswa turun ke jalan untuk menentang kedatangan Perdana Menteri (PM) Jepang Kakuei Tanaka ke Jakarta. 

Apakah ada kaitannya dengan itu? Ternyata memang benar. Peristiwa yang kemudian dikenal dengan Malari itu adalah demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan sosial yang terjadi di Jakarta pada 15 Januari 1974. Peristiwa Malari merupakan suatu gerakan mahasiswa yang merasa tidak puas terhadap kebijakan pemerintah terkait kerja sama dengan pihak asing untuk pembangunan nasional. 

Para mahasiswa menganggap kebijakan pemerintah sudah menyimpang dan tidak berhaluan lagi kepada pembangunan yang berpihak kepada rakyat. Mahasiswa menilai malah dengan kerja sama ini semakin memperburuk kondisi ekonomi rakyat. 

Kedatangan Ketua Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI), lembaga pemodal asing bentukan Amerika Serikat, Jan P Pronk dijadikan momentum awal untuk demonstrasi antimodal asing ini. Pronk tiba di Jakarta pada Minggu 11 November 1973. Ketika tiba di Bandara Kemayoran, mahasiswa menyambutnya dengan berdemonstrasi. Puncaknya adalah saat kunjungan PM Jepang dari 14-17 Januari itu. 

Follow Berita iNews Asahanraya di Google News

Halaman : 1 2 3 4
Bagikan Artikel Ini