8. Disunahkan mandi bagi orang yang telah selesai memandikan jenazah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
مَنْ غَسَّلَ مَيِّتًا فَلْيَغْتَسِلْ وَمَنْ حَمَلَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ
"Barangsiapa yang memandikan mayit, maka hendaklah dia mandi. Dan barangsiapa yang memikul jenazah, maka hendaklah dia wudhu." (HR Abu Dawud Nomor 3161, dihasankan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz Nomor 71)
9. Janin yang keguguran
Janin yang mati karena keguguran dan telah berumur lebih dari 4 bulan, maka dimandikan dan disholatkan. Jika 4 bulan atau kurang, maka tidak perlu. Hal ini berdasarkan hadis dari Al Mughirah bin Syu’bah secara marfu’:
والسِّقطُ يُصلِّى عليه ويُدعَى لوالدَيه بالمغفرةِ والرحمةِ
"Janin yang mati keguguran, dia disholatkan dan didoakan ampunan dan rahmat untuk kedua orangtuanya." (HR Abu Dawud Nomor 3180, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Dawud)
Syaikh Abdullah bin Jibrin mengatakan:
السقط الذي عمره دون أربعة أشهر: الصحيح أنه لا يكفن، وإنما يلف ويدفن في مكان طاهر، وليس له حكم الإنسان، فإذا تمت له أربعة أشهر فإنه يعامل كالحي، فيغسل، ويكفن، ويصلى عليه
"Janin yang mati keguguran jika di bawah 4 bulan maka yang shahih ia tidak dikafani. Namun ia dilipat dan dikuburkan di tempat yang bersih. Dan ia tidak diperlakukan sebagaimana manusia. Jika sudah berusia 4 bulan (atau lebih) maka diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup, yaitu dimandikan, dikafani, dan disholatkan." (Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil Mukhtasharat, 1/435)
Wallahu a'lam bishawab.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta